KURIKULUM
KURIKULUM
MODUL 2 PEMBELAJARAN DENGAN
PARADIGMA BARU
Artikel kali ini merupakan catatan dari
pelatihan mandiri yang didapatkan melalui platform Merdeka Mengajar dengan
topik kurikulum yang dibawakan oleh bapak Mustafa seorang guru Sekolah Menengah
Kejuruan. Bapak dan ibu guru dapat mengunduh platformnya di playstore atau
menuju link berikut ini:
Capaian Pembelajaran
Bagaimana konsep Capaian Pembelajaran (CP)
pada Kurikulum Merdeka (KM)? Dan bagaimana hubungannya dengan teori Piaget dan
konstruktivisme?
CP adalah kompetensi
dan karakter yang ingin dicapai setelah menyelesaikan pembelajaran pada
kurun waktu tertentu. CP setara dengan Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar pada
Kurikulum 2013.
CP disusun berdasarkan tahapan-tahapan perkembangan murid sesuai usianya, CP
dirancang per fase bukan per tahun.
Satu fase memiliki rentang satu sampai
tiga tahun. Sehingga murid memiliki waktu yang cukup untuk mencapai
kompetensi dan guru juga memiliki waktu yang cukup untuk merancang pembelajaran
yang merdeka, mengembangkan kompetensi dan memperdalam pemahaman, sehingga guru
tidak terburu-buru bahkan terkesan hanya menuntaskan konten bukan mencapai
kompetensi yang akhirnya murid menjadi terbeban dalam belajar.
Pembagian 6 fase pada KM adalah sebagai
berikut:
A – SD kelas 1 – 2
B – SD kelas 3 – 4
C – SD kelas 5 – 6
D – SMP kelas 7 – 9
--- SMP hanya 1 fase
E – SMA kelas 10
F – SMA kelas 11 – 12
PAUD menjadi fondasi
bagi murid untuk menuju ke fase A.
Di setiap fase terdapat muatan kompetensi murid
yang akan dicapainya. Sehingga dapat dilihat bahwa murid di fase A misalnya
akan memiliki waktu 2 tahun untuk mencapai kompetensinya.
CP hanya memuat 2 hal utama yaitu:
- Kompetensi Inti
- Konten Esensial
Kedua hal ini yaitu fase dan muatan CP
diharapkan akan mendorong proses pembelajaran yang mendalam bagi murid. Dengan
keadaan ini maka guru memiliki ruang untuk mengembangkan setiap kompetensi
murid yang walaupun kompetensi awal mereka berbeda-beda.
Kedalaman konten isi yang disampaikan dapat disesuaikan dengan kompetensi awal murid
sehingga pembelajaran dapat lebih beragam dan bermakna.
Dalam CP terdapat elemen konten isi dan kecakapan sebagai satu kesatuan. Kedua elemen ini yang akan menjadi dasar pengembangan kompetensi pada setiap fase.
Contoh elemen geometri mengenai bangun datar,
mari kita lihat dan bandingkan perkembangan setiap fasenya pada capaian
kompetensi dan konten isinya sebagai berikut:
Fase A – mempresentasikan
apa yang dilihatnya melalui kata-kata, mengenal dan mendeskripsikan
berbagai bentuk bangun datar
Fase B – membandingkan
pada hal-hal yang masih konkret,
membandingkan ciri-ciri berbagai bentuk bangun datar
Fase C – mengklasifikasikan
pada hal-hal yang konkret, mengklasifikasikan berbagai bentuk bangun datar
sesuai dengan ciri-cirinya
Fase D – konsep
abstrak dan pembuktian, pembuktian teorema phytagoras
Fase E – kemampuan
memecahkan persoalan yang abstrak, memecahkan masalah yang berkaitan dengan
segitiga siku-siku
Fase F – penerapan
konsep abstrak, menerapkan teorema tentang lingkaran
Tahapan perkembangan ini disesuaikan dengan 4 tahapan kognitif anak menurut teori
Piaget, menurutnya:
0 – 2 tahun:
sensorimotor, bayi
mengembangkan pemahaman tentang dunia melalui pengalaman melihat, menggapai
juga menyentuh
2 – 7 tahun: pra-operasional, anak mulai mempresentasikan dunia
dengan kata dan gambar, mereka mulai menggunakan bahasa, gambar dan simbol
untuk mengungkapkan hal yang konkret
7 – 11 tahun:
operasional konkret,
anak mulai berpikir logis untuk memecahkan masalah yang konkret, anak mampu
mengurut, mengklasifikasikan dan menganalisis
11+ tahun: operasional
konkret, anak sudah
dapat berpikir logis, memecahkan masalah yang lebih abstrak dan menarik
kesimpulan dari ragam informasi dan pangalaman
Jadi setiap fase memiliki kompetensi
yang bertahap yang disesuaikan dengan tahapan
perkembangan anak.
Konsep dasar penyusunan CP juga menggunakan teori konstruktivisme, yaitu teori yang
memandang bahwa belajar merupakan proses membangun pengetahuan baru dan
dilakukan sendiri oleh murid. Pengetahuan baru ini dibangun dari beberapa hal yang
dimiliki murid untuk menemukan pengatahuannya sendiri berdasarkan kematangan
kognitifnya, modal tersebut yaitu:
- Kemampuan awal
- Pengalaman belajar
- Interaksi sosial
Setiap murid memiliki kemampuan awal dan
pengalaman belajar yang beragam sehingga mereka akan membangun pembelajaran
masing-masing secara unik.
Tujuan dari pendekatan konstruktivisme adalah untuk
membangun pemahaman dengan
menciptakan sebuah karya dimana
dalam proses menciptakan karya tersebut murid perlu memiliki kemampuan pengetahuan
dan keterampilan. Seperti kita ketahui bahwa kemampuan menciptakan ada di
puncak taksonomi Bloom.
Mencipta
Mengevaluasi
Menganalisis
Menerapkan
Memahami
Mengingat
Ketika murid mampu untuk menciptakan sebuah
karya, misalnya menggambar denah rumahnya itu berarti murid sudah memahami dan
menguasai kompetensi yang diharapkan menurut teori Bloom.
Memahami cara mengurkur ruangan, menghitung
skala dan sebagainya maka jika mengacu pada teori konstruktivisme sebenarnya sudah
berada pada level paling tinggi pada kompetensi memahami, berbeda pada teori
Bloom dimana berada pada Level C2.
Jadi saat bapak dan ibu guru membaca CP pada KM ini, perlu diingat bahwa ini menggunakan pendekatan teori konstruktivisme bukan taksonomi Bloom.
Mari kita ringkaskan, dengan menggunakan CP
sebagai acuan utama maka guru memiliki ruang yang cukup luas untuk
memfasilitasi pelajaran yang mendalam dan bermakna bagi murid dengan demikian
murid dan guru terdorong untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Refleksi:
Sudahkah bapak dan ibu guru memahami CP pada
kurikulum merdeka?
----------------------------------------
Penulis: Ida Bagus Suwardana, Ketua PKBM Taman Eden
Jimbaran
Kunjungi kami:
Instagram :
giridaharijimbaran
Youtube :
Sekolah Taman Eden Jimbaran
Facebook : Sekolah Taman Eden Jimbaran
Komentar
Posting Komentar